Search This Blog

Saturday 20 May 2017

Kemanakah Keadila di Indonesia

KEMANAKAH KEADILAN  DI INDONESIA ?

Keadilan merupakan salah satu hak yang layak didapatkan oleh masyarakat suatu negara, bahkan keadilan merupakan salah satu hak asasi manusia yang memiliki ukuran aturan yang berbeda-beda tiap negara. Meskipun persepsi adil tiap negara itu berbeda-beda, tetapi tiap negara tersebut memiliki ukuran atau batasan aturan untuk mencapai keadilan sesuai persepsi masing masing negara. Seperti halnya di Indonesia yang lebih condong kepada ideologi liberal dmana persepsi adil adalah adil secara bebas, yaitu semua manusia berhak mendapatkan kebebasan berusaha untuk mencapai keberhasilannya sendiri. Berbeda lagi dengan negara yang menerapkan ideologi komunis salah satunya adalah di China, diaman persepsi adil bagi negara tersebut adalah sama rata sama rasa yang biasanya semua terkendalikan oleh pemerintahannya.

Keadilan di Indonesia yang meskipun menggunakan ideologi liberal, orang –orang yang berkuasa, orang-orang yang mayoritas, terkadang bertindak melampaui batas kebebasan yang sudah diterapkan dalam perundang-undangan. Sehingga keadilan di Indonesia ini terkadang tak memberikan hak dan perlakuan hukum yang sama kepada rakyat kecil ataupun rakyat dengan minoritas. Padahal, inti dari ideologi liberal ini adalah kebebasan, hak, dan perlakuan hukum yang sama, ditambah dengan wadah yang menopang dasar peraturan di Indonesia yaitu pancasila yang berada di sila kelima . Hal ini menyebabkan keadilan di Indonesia seperti tajam ke bawah dan tumpul keatas.

Banyak sekali kasus di Indonesia yang semakin membuktikan  keadilan di Indoensia sangat merisaukan rakyat-rakyat kecil, semakin menjadi suatu hal yang tak transparan, dan semakin perlu dilakukan perbaikan supremasi hukum di Indonesia untuk mencapai keadilan yang demokratis. Berikut ini merupakan beberapa kasus yang membuktikan bahwa keadilan di Indonesia yang bersembunyi dan tak transpaant :

Kasus nenek Asyani di Kabupaten Situbondo yang harus menjalani proses persidangan karena diduga mencuri 7 batang kayu milik Perum Perhutani. Menurut nenek Asyani sendiri ini yang dipermasalahkan adalah penebangan kayu jati oleh almarhum suaminya 5 tahun silan. Di persidangan nenek ini diduga telah mencuri kayu jati yang hanya berukuran 10-15 cm saja, sedangkan kayu milik perhutani yang hilang berdiameter 100 cm. Dan karena ketajaman keadilan terhadap rakyat kecil, yang sampai tajamnya adalah penahanan nenek lansia selama 3 bulan karena persidangannya yang ditunda hingga bulan Desember tahun 2014 lalu. Padahal nenek Asyani tidak terbukti bersalah. Begitu pula dengan kasus nenek Mina yang hanya mencuri 3 buah Kakao yang harganya mungkin tak lebih dari 10.000 rupiah pada saat itu. Serta kasus Haris warga Desa Jatikuwung Karanganyar yang hanya lulusan SD tetapi dapat membangun usaha produksi TV bekas secara otodidak, tetapi tak lebih dari itu, warga berusia 41 tahun ini pun juga terkena jeratan hukum dengan ancaman pidana 5 tahun karena memproduksi dan mengedarkan barang tidak memenuhi SNI. Padahal salah satu warga berusia 41 tahun ini merupakan aset negara yang harusnya dikembangkan, dapat membuat televisi bekas secara otodidak, bukannya malah terkena proses hukum di Indonesia yang berbelit.belit.

Menurut pendapat pribadi saya, hukum di Indoensia ini sangatlah tidak adil. Berdasarkan beberapa kasus yang telah disebutkan diatas, Indonesia belum bisa memenuhi dasar hukum Pancasila, sila kelima, yaitu “Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”. Lantas kemanakah keadlan di Indonesia yang katanya adil secara liberal bagi seluruh rakyat Indoneisa tanpa memandang status sosial ? Keadilan di Indoneisa pergi entah kemana, yang mungkin keadilan telah disembunyikan oleh orang yang berkuasa. Orang biasa yang tidak punya harta , posisi, maupun status yang tinggi, hukum akan belaku tajam dan tegas. Orang biasa yang tidak memiliki kekuasaan seringkali menjadi sasaran jeblosan penjara meskipun hanya melalukan pelanggaran yang sangat kecil.

Sedangkan pejabat-pejabat yang memiliki kekuasaan, harta, dan status sosial, sebagian dari mereka menyalahgunakan kekuasaaan mereka untuk merebut hak yang seharusnya menjadi hak rakyat Indonesia. Bermiliyaran uang yang telah diambil oleh para koruptor hanya untuk kenikmatan hidup mewah pribadinya saja, dan ketika sudah dalam proses sidang hukum, dengan mudahnya mereka mendapatkan kemudahan utnuk bebas dengan berbagai alasan, dan bahkan apabila mereka dipenjarapun, mereka mendapatkan fasilitas penjara yang seperti layaknya apartemen atau hotel, yang terdapat televisi, kamar mandi dalam, dll. Salah satu contohnya adalah kasus Gayus Tambunan yang dapat keluar masuk penjara, bahkan dalam masa tahanannya dia masih bisa berlibur sampai keluar negeri. Kemanakah keadilan di Indonesia ? Jangankan seorang pejabat, mahasiswa maupun pelajarpun seringkali berbuat korupsi yang menyebabkan keadilan di Indonesia menajdi tak trasparan. Adil secara liberal yang sering dikaitkan dengan siapa yang beusaha keras akan mendapat nilai yang baik, sedangkan yang tidak berusaha, tidak akan mendapatkannya. Tapi hal tersebut terkadang tidak berlaku pada mahasiswa dan pelajar, Mahasiswa atau pelajar yang telah belajar keras untuk nilai ujian yang bagus terkadang sia-sia karena ada mahasiswa atau pelajar lain yan dengan mudahnya mendapatkan nilai sempurna karena mencontek bahan ajaran langsung di PPT yang biasanya dapat disimpan di HP masing-masing. Lantas kemanakah keadilan di negeri ini, jika ketidakadilan dimulai dari dini ?


Salah satu cara mecegah hal ini adalah menerapkan pendidikan karakter sejak dini, sehingga penerus generasi emas di Indonesia tidak akan tercemari oleh kotornya tangan korupsi. Guru maupun dosen pun sangat berpengaruh dalam membentuk karakter muridnya. Apabila ketidakjujuran di Indonesia sudah dapat teratasi, maka keadilan di Indonesia dapat ditegakkan secara mudah, meskipun Indonesia menganut ideologi Liberal, yang sangat berkaitan pula dengan kapitalisme. Apabila kapitalisme dilandasi dengan kejujuranpun, maka tak akan ada koruptor yang merebut hak yang semestinya didapatkan oleh rakyat, misal hak mendapatkan kesehatan dengan mudah, pendidikan dengan mudah, pekerjaan dengan mudah, dan lain sebagainya. 

Wednesday 22 March 2017

MAKALAH HEDONISME KALANGAN MAHASISWA

PENYAKIT HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA

Disusun untuk menyelesaikan ulangan akhir semester mata kuliah                                                          Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Bakdal Ginanjar, S. S., M. Hum.

MAKALAH



Oleh:
Anggita Adelina         (I0616007)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
PENYAKIT HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA
Anggita Adelina

Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mulai terbawa arus globalisasi. Apalagi sebagian besar masyarakat Indonesia mudah terpengaruhi oleh budaya budaya dari luar baik itu yang merugikan maupun yang menguntungkan. Berkembangnya teknologi yang semakin canggih dan modernpun menjadi faktor utama dari masuknya budaya-budaya luar, khususnya budaya barat yang terkenal dengan kebebasan yang melampaui batas. Apabila budaya luar yang merugikan dibiarkan masuk begitu saja, maka semakin lama semakin pula moral bangsa Indonesia tercampuri oleh budaya luar yang merugikan.
Mahasiswa adalah salah satu target yang mudah dipengaruhi budaya budaya luar. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan hal-hal baru yang masuk ke Indonesia. Mahasiswa memiliki daya pikat tersendiri terhadap hal baru tersebut. Sehingga sering kali mahasiswa menerima dengan mudah budaya-budaya barat yang merugikan. Salah satu budaya barat yang merugikan dan sudah banyak yang melekat pada diri mahasiswa adalah hedonisme. Hedonisme adalah sikap yang mementingkan dan mencari kesenangan duniawi semata meskipun dengan berbagai cara. Hedonisme ini merupakan infiltrasi dari budaya liberal yang berhasil masuk dengan mudahnya ke budaya Indonesia. Budaya ini dapat berupa gaya hidup mewah yang berlebihan, konsumtif, mengikuti gaya-gaya trending yang sedang terjadi, bahkan pergaulan bebas yang orientasinya hanya untuk mencari kesenangan semata. Mahasiswa yang sudah terkena penyakit hedonisme ini, sebagian besar akan menjadi mahasiswa yang apatis, konsumtif, bermalas-malasan, dan menghalalkan segala cara untuk kesenangan. Jika masalah ini dibiarkan terus menerus, maka hal tersebut akan merusak nilai-nilai luhur budaya Indonesia, dan akan menyebabkan kesenjangan sosial yaitu yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Padahal mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang seharusnya menjaga dan melestarikan nilai –nilai moral bangsa Indonesia.
Menurut penelitian yang dilakukan siti Fatimah (2013) dalam rangka memenuhi tugas skripsi, dari mahasiswa yang berada di Surakarta ditunjukkan  0,71% kecenderungan gaya hidup hedonis yang sangat rendah, 16,43% kecenderungan gaya hidup hedonis yang rendah, 65% kecenderungan gaya hidup hedonis yang sedang, 17,15% kecenderungan gaya hidup hedonis yang tinggi, dan 0,71 % kecenderungan gaya hidup hedonis yang sangat tinggi. Hal tersebut membuktikan bahawa tingkat hedonisme sebagian besar mahasiswa sudah masuk pada tingkat hedonisme sedang. Sehingga sikap hedonisme yang telah melekat pada mahasiswa perlu dicegah dan dikurangi dengan menanamkan beberapa kiat dalam diri masing-masing mahasiswa.

Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penyakit hedonisme di kalangan mahasiswa ?
2.      Apa saja penyebab hedonisme di kalangan mahasiswa ?
3.      Bagaimana cara mengurangi penyakit hedonisme di kalangan mahasiswa ?

Tujuan
1.      Mengetahui apa yang sedang terjadi di kalangan mahasiswa terkait sikap hedonisme.
2.      Mengetahui penyebab dari hedonisme di kalangan mahasiswa.
3.      Menjelaskan bagaimana cara mengurangi penyakit hedonisme di kalangan mahasiswa.

Pembahasan
Hedonisme di Kalangan Mahasiswa
Hedonisme adalah suatu gaya hidup yang mengutamakan dan berorientasi untuk mencari kesenangan semata, tanpa melihat keaadaan sekitarnya. Pada awal istilah ini diciptakan oleh salah seorang filsafat yunani, hedonisme memiliki arti mencari kesenangan dan menghindari kesengsaraan dengan batas yang masih  normal. Tetapi semakin lama berkembangnya zaman, makna hedonisme berubah menjadi mencari kesenangan sebanyak-banyaknya, makna ini telah dipelopori oleh salah seorang imperalis dari Eropa. Gaya hidup hedonisme ini tidak sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia pada pembukaan UUD 1945. Tujuan yang terkandung sangat bertolak belakang dengan gaya hidpo hedonisme, yaitu bangsa yang mempunyai spiritual, peduli pada sesama, dan tidak mengutamakan diri-sendiri.
Hedonisme sebagai gaya hidup yang bermewah-mewahan sudah melekat pada sebagian besar mahasiswa. Mayoritas mahasiswa berlomba-lomba dan bermimpi untuk bisa hidup mewah. Mereka berfoya-foya, berkumpul di kafe, mal dan plaza  untuk melengkapi agenda hidup mereka. Hedonisme semakin menjamur di kalangan mahasiswa. Mayoritas mahasiswa melakukan hal-hal yang orientasinya kesenangan semata, seperti membeli pakaian dengan model terbaru, alat elektronik dengan merek terbaru, membeli makana di kafe-kafe yang mahal, melakukan suatu hal buruk untuk kesenangan semata, seperti alkoholisme, merokok, bahkan pergaulan bebas. Padahal hal-hal seperti itu sejatinya telah dilarang oleh agama, tetapi teknologi dan perkembangan zaman telah mengalahkan batasan moral-moral agama.
Sebagai agen perubahan, mahasiswa harusnya berpikir kritis dan dapat membedakan yang baik dan yang benar. Mahasiswa yang sudah terkena penyakit hedonisme ini, akan menjadi generasi emas penerus bangsa yang gagal. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa yang hedonis akan cenderung apatis, egois, dan tidak peduli pada lingkungan sekitarnya. Sehingga generasi muda yang seperti itu pastinya tidak akan peduli dengan keadaan bangsa. Hedonisme ini biasanya dilakukan oleh mahasiswa yang kaya tau berkecukupan harta, karena biasanya mahasiswa tersebut sering diperlakukan manja oleh orang tuanya. Tetapi tidak menutup kemungkinan dengan adanya interaksi pertemanan, terkadang mahasiswa yang kondisi ekonominya standart dapat tertular penyakit hedonisme tersebut. Keadaan seperti ini akan menyebabkan kesenjangan sosial dalam masyarakat bangsa Indonesia, yaitu yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin di masa depan nanti.

Penyebab Hedonisme di Kalangan Mahasiswa
Penyebab hedonisme di kalangan mahasiswa dapat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang telah menjadi sifat dasar manusia untuk mendapatkan sesuatu yang sebanyak-banyaknya dengan kerja yang seringan-ringannya, selain itu manusia juga terkenal dengan makluk yang rakus akan segalanya. Jika sifat dasar manusia yang seperti ini tidak dapat dikendalikan, maka manusia dapat menjadi makhluk yang serakah dan materialistik, kemudian akan menyebabkan individu tersebut terkena penyakit hedonisme. Begitu pula pada mahasiswa yang sejatinya belum bisa mengontrol emosi mereka, menyebabkan mahasiswa juga tidak dapat pula mengendalikan sifat dasar manusia yang ingin mencari kesenangan sebanyak-banyaknya. Sikap lain yang mempengaruhi gaya hidup hedonisme yang berasal dalam diri mahasiswa itu sendiri adalah apatis, perfeksionis, gaya hidup bebas, dan sifat hidup bermewah-mewahan.
Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah faktor yang berasal dari luar individu yang memicu emosi mereka menjadi individu yang hedonisme. Faktor tersebut dapat terdiri dari beberapa unsur yang diantaranya :
1.      Faktor orang tua dan kerabat
Orang tua dan kerabat adalah penyebab utama mahasiswa menjadi hedonisme. Orang tua dan kerabat biasanya lupa membekali seorang anak dengan segudang moral dan nilai-nilai sprititual. Bahkan banyak orang tua ysng membiarkan anaknya berbuat apa saja asalkan anaknya senang. Orang tua dan kerabat yang memiliki kondisi ekonomi yang baik, banyak dari mereka yang memanjakan seorang anak. Faktor inilah yang menjadikan mahasiswa memiliki sifat hedonisme.
2.      Faktor bacaan
Faktor bacaan ini dapat mencuci otak mahasiswa untuk menjadi orang dengan gaya hidup yang hedonisme. Bacaan ini biasanya berupa majalah maupun tabloid yang sebagian besar berisi tentang trend atau  gaya hidup terbaru, model pakaian terbaru. Sehingga sering kali mahasiswa mempunyai keinginan untuk konsumtif membeli barang-barang terbaru dan meniru gaya  artis-artis terbaru yang akan menimbulkan gaya hidup yang hedonisme.
3.      Faktor tayangan televisi
Tayangan televisi yang membahas tentang liputan selebriti, iklan, dan sonetron, dapat menjadikan mahasiswa untuk mengejar gaya hidup hedonisme. Hal tersebut terjadi karena pada zaman sekarang, tayangan televisi banyak yang mengupas tema-tema tentang pacaran, hamil diluar nikah, konsumtif, gaya hidup artis yang berlebihan, dan lain-lain.

Cara Mengurangi Penyakit Hedonisme di Kalangan Mahasiswa
Mahasiswa yang sejatinya adalah generasi penerus bangsa harusnya mencerminkan nilai-nilai luhur yang menjadi ciri khas bangsa, bukan malah menghancurkan nilai luhur dengan gaya hidup hedonisme yang merugikan orang lain tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan kiat-kiat dari dalam diri sendiri mahasiswa, untuk dapat mengurangi penyakit hedonisme di kalangan mahasiswa. Berikut adalah kiat-kiat yang perlu dilakukan :
1.      Menanamkan gaya hidup sederhana dalam sehari-hari
2.      Dalam memilih barang, mahasiswa perlu membuat skala prioritas dalam berbelanja
3.      Adanya kedewasaan berpikir dalam diri mahasiswa, seperti berpikir dengan kepala terbuka dan kritis


Simpulan
Mahasiswa adalah salah satu target yang mudah dipengaruhi budaya budaya luar. Salah satu budaya barat yang merugikan dan sudah banyak yang melekat pada diri mahasiswa adalah hedonisme. Hedonisme adalah sikap yang mementingkan dan mencari kesenangan duniawi semata meskipun dengan berbagai cara. Hedonisme ini merupakan infiltrasi dari budaya liberal yang berhasil masuk dengan mudahnya ke budaya Indonesia. Mayoritas mahasiswa berlomba-lomba dan bermimpi untuk bisa hidup mewah. Mereka berfoya-foya, berkumpul di kafe, mal, dan plaza  untuk melengkapi agenda hidup mereka. Sebagai agen perubahan, mahasiswa harusnya berpikir kritis dan dapat membedakan yang baik dan yang benar. Mahasiswa yang sudah terkena penyakit hedonisme ini, akan menjadi generasi emas penerus bangsa yang gagal. Penyebab hedonisme di kalangan mahasiswa dapat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang telah menjadi sifat dasar manusia untuk mendapatkan sesuatu yang sebanyak-banyaknya dengan kerja yang seringan-ringannya, selain itu manusia juga terkenal dengan makluk yang rakus akan segalanya. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah faktor yang berasal dari luar individu yang memicu emosi mereka menjadi individu yang hedonisme, Perlu dilakukan kiat-kiat dari dalam diri sendiri mahasiswa, untuk dapat mengurangi penyakit mahasiswa.

Daftar Pustaka
Fatimah, Siti. .Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis pada Mahasiswa”. http://eprints.ums.ac.id/25376/12/02._NASKAH_PUBLIKASI/pdf. Diunduh 16 Desember 2016,10.01.
Hussin, Huzili. “Menangani Penetrasi Budaya Hedonisme di Kalangan Mahasiswa: Satu Penyelesaian Menurut Perspektif Islam dan Konseling“. http://eprints.utm.my/479/1/HuziliHussin2006_Menanganipenetrasibudayahedonismedi/pdf. Diunduh 16 Desember 2016, 10.01.
Usman, Marjohan. “Gaya Hidup Hedonisme di Kalangan Pelajar”. www.idepenulis.com. Diunduh 18 Desember 2016, 23.20.
Anwari, Parhan Ipan. “Hedonisme Dalam Dunia Pendidikan dan Cara Mengatasinya”. www.mediapustaka.com. Diunduh 18 Desember 2016, 23.33.